Korupsi ka. Dept. Front Persatuan Kerja China
dihukum mati ( 2014 )
dihukum mati ( 2014 )
Beijing (ANTARA
News) - Seorang pejabat tinggi tingkat pemerintah daerah di China
mendapat hukuman mati dalam sidang hari Jumat karena melakukan korupsi,
langkah yang menunjukkan kesungguhan kampanye anti-korupsi di negeri
itu.
Zhou Zhenhong (56) mantan kepala Departemen Front Persatuan Kerja (UFWD) di Provinsi Guangdong mengaku menerima suap sebesar 24,6 juta yuan atau sekitar empat juta dolar (setara dengan 46,6 miliar rupiah) antara tahun 2002 hingga 2011, pengadilan tinggi di Henan, China tengah menyatakan. Ia dihukum mati dengan masa penangguhan dua tahun, bentuk hukuman yang biasanya akan diringankan menjadi hukuman seumur hidup.
Zhou juga dinyatakan bersalah karena memiliki aset yang tidak bisa dijelaskan bernilai lebih dari 37 juta yuan atau sekitar 70 miliar rupiah. Ia dinyatakan menerima suap dari 33 orang untuk memberi imbalan promosi pekerjaan, kesepakatan bisnis dan terpilih dalam kedudukan politik tertentu.
UFWD adalah badan penghubung antara partai Komunis yang berkuasa dan organisasi non-komunis lainnya. "Nilai korupsinya sangat besar dan jangka waktunya juga sangat panjang." Zhou adalah salah seorang dari sejumlah pejabat yang jatuh dengan cara terbuka sesuai program pemberantasan korupsi yang ditegakkan oleh Presiden Xi Jinping yang menjadi ketua Partai Komunis pada November 2012.
Xi memperingatan bahwa korupsi dapat menghancurkan organisasi partai dan mengancam akan menindak pejabat tinggi atau kelas macan maupun petugas kelas bawah atau kelas lalat yang terlibat.
Pada Juli, China menghukum mantan menteri perkereta-apian Liu Zhijun dengan hukuman mati disertai dua tahun masa penangguhan karena menerima suap sebesar 64,6 juta yuan atau sekitar 122 miliar rupiah.
Meskipun gerakan anti-korupsi sudah menjerat sejumlah pejabat, masih banyak kecaman yang menyebutkan belum ada formasi yang tertata termasuk meningkatkan keterbukaan, guna membantu memerangi korupsi.
(M007/AK)
Zhou Zhenhong (56) mantan kepala Departemen Front Persatuan Kerja (UFWD) di Provinsi Guangdong mengaku menerima suap sebesar 24,6 juta yuan atau sekitar empat juta dolar (setara dengan 46,6 miliar rupiah) antara tahun 2002 hingga 2011, pengadilan tinggi di Henan, China tengah menyatakan. Ia dihukum mati dengan masa penangguhan dua tahun, bentuk hukuman yang biasanya akan diringankan menjadi hukuman seumur hidup.
Zhou juga dinyatakan bersalah karena memiliki aset yang tidak bisa dijelaskan bernilai lebih dari 37 juta yuan atau sekitar 70 miliar rupiah. Ia dinyatakan menerima suap dari 33 orang untuk memberi imbalan promosi pekerjaan, kesepakatan bisnis dan terpilih dalam kedudukan politik tertentu.
UFWD adalah badan penghubung antara partai Komunis yang berkuasa dan organisasi non-komunis lainnya. "Nilai korupsinya sangat besar dan jangka waktunya juga sangat panjang." Zhou adalah salah seorang dari sejumlah pejabat yang jatuh dengan cara terbuka sesuai program pemberantasan korupsi yang ditegakkan oleh Presiden Xi Jinping yang menjadi ketua Partai Komunis pada November 2012.
Xi memperingatan bahwa korupsi dapat menghancurkan organisasi partai dan mengancam akan menindak pejabat tinggi atau kelas macan maupun petugas kelas bawah atau kelas lalat yang terlibat.
Pada Juli, China menghukum mantan menteri perkereta-apian Liu Zhijun dengan hukuman mati disertai dua tahun masa penangguhan karena menerima suap sebesar 64,6 juta yuan atau sekitar 122 miliar rupiah.
Meskipun gerakan anti-korupsi sudah menjerat sejumlah pejabat, masih banyak kecaman yang menyebutkan belum ada formasi yang tertata termasuk meningkatkan keterbukaan, guna membantu memerangi korupsi.
(M007/AK)
Editor: Desy Saputra
COPYRIGHT © 2014
Korupsi, Menteri KA China Dihukum Mati (2013)
BEIJING (Suara Pembaruan.com). Sejak
Presiden Xi Jinping memerintah di China, Liu Zhijun adalah salah satu pejabat
tertinggi yang dijatuhi hukuman mati karena kasus korupsi. Pengadilan
di China menjatuhkan hukuman mati atas Liu Zhijun, mantan Menteri Kereta Api
China, karena melakukan korupsi dan penyelewengan kekuasaan, Senin (8/7).
Pengadilan menemukan bahwa antara 1986 dan 2011, Liu menerima sekitar $10,5 juta uang semir atau korupsi. Ia juga bersalah menggunakan statusnya sebagai pejabat tinggi untuk memberi keuntungan kepada 11 mitra kerjanya.
Lelaki berusia 60 tahun itu resmi didakwa menerima suap dan menyalahgunakan wewenang pada April lalu yang menyebabkan kerugian negara. Sejumlah kasus serupa, dimana pejabat tinggi hCina terlibat korupsi, sebagian besar berakhir dengan dijatuhinya hukuman penjara seumur hidup. Namun hukuman mati terhadap Liu Zhijun ternyata ditangguh dua tahun.
Pengadilan Beijing menerangkan bahwa penangguhan hukuman mati bagi Liu merupakan tindakan yang adil, mengingat ia bersikap terus terang selama prosesnya dan telah membantu pengadilan untuk mendapatkan kembali sebagian dana yang dikorupsi itu.
Belakangan, sistem jaringan kereta api China menerima kritik luas akibat masalah keamanan. Pada Februari 2011, sebuah kecelakaan kereta api menewaskan 40 orang di Kota Wenzhou. Tak lama kemudian, Liu harus menanggalkan jabatannya. Pemeritah China membubarkan Kementrian Kereta Api awal tahun ini dan menggabungkannya dengan Kementrian Transportasi agar lebih efisien.
Hukuman terhadap Liu tampak sesuai dengan janji Presiden Xi Jinping untuk melawan korupsi, yang menurut dia juga mengancam keberlangsungan partai. Sementara kalangan ahli menilai, bahwa hukum 10 tahun penjara Liu tidak akan memuaskan publik. Seorang pakar hukum dari Universitas Beijing menilai terdapat banyak kesamaan antara hukuman pada Liu dengan hukuman-hukuman selama dekade sebelumnya. Hal ini dikatakannya, bisa mengurangi kepercayaan pada isyarat yang tengah ingin disampaikan oleh pemerintah.
"Dari perspektif anti-korupsi, hukuman serupa telah dijatuhkan selama 30 tahun terakhir, juga pada pejabat tinggi. Ini tidak berarti ada upaya-upaya lebih besar dalam penanganan korupsi," begitu ucap He Weifang, pakar dari Universitas Beijing.
Seorang pakar politik di Universitas Renmin juga menilai bahwa putusan atas Liu Zhiyun bukan pertanda signifikan bagi upaya Xi dalam melawan korupsi. "Kalau mereka betul-betul menjatuhkan hukuman mati terhadap Liu Zhijun, maka akan tumbuh kesadaran dalam masyarakat bahwa pejabat yang menghadapi dakwaaan serupa juga bisa dihukum mati," begitu ungkap Zhang Ming dari Universitas Renmin kepada kantor berita AP.
"Partai tampaknya enggan membangun harapan serupa itu, karena banyak pejabat memiliki hubungan politik yang baik." [AP/AFP/Rtr/DW/L-8]
Pengadilan menemukan bahwa antara 1986 dan 2011, Liu menerima sekitar $10,5 juta uang semir atau korupsi. Ia juga bersalah menggunakan statusnya sebagai pejabat tinggi untuk memberi keuntungan kepada 11 mitra kerjanya.
Lelaki berusia 60 tahun itu resmi didakwa menerima suap dan menyalahgunakan wewenang pada April lalu yang menyebabkan kerugian negara. Sejumlah kasus serupa, dimana pejabat tinggi hCina terlibat korupsi, sebagian besar berakhir dengan dijatuhinya hukuman penjara seumur hidup. Namun hukuman mati terhadap Liu Zhijun ternyata ditangguh dua tahun.
Pengadilan Beijing menerangkan bahwa penangguhan hukuman mati bagi Liu merupakan tindakan yang adil, mengingat ia bersikap terus terang selama prosesnya dan telah membantu pengadilan untuk mendapatkan kembali sebagian dana yang dikorupsi itu.
Belakangan, sistem jaringan kereta api China menerima kritik luas akibat masalah keamanan. Pada Februari 2011, sebuah kecelakaan kereta api menewaskan 40 orang di Kota Wenzhou. Tak lama kemudian, Liu harus menanggalkan jabatannya. Pemeritah China membubarkan Kementrian Kereta Api awal tahun ini dan menggabungkannya dengan Kementrian Transportasi agar lebih efisien.
Hukuman terhadap Liu tampak sesuai dengan janji Presiden Xi Jinping untuk melawan korupsi, yang menurut dia juga mengancam keberlangsungan partai. Sementara kalangan ahli menilai, bahwa hukum 10 tahun penjara Liu tidak akan memuaskan publik. Seorang pakar hukum dari Universitas Beijing menilai terdapat banyak kesamaan antara hukuman pada Liu dengan hukuman-hukuman selama dekade sebelumnya. Hal ini dikatakannya, bisa mengurangi kepercayaan pada isyarat yang tengah ingin disampaikan oleh pemerintah.
"Dari perspektif anti-korupsi, hukuman serupa telah dijatuhkan selama 30 tahun terakhir, juga pada pejabat tinggi. Ini tidak berarti ada upaya-upaya lebih besar dalam penanganan korupsi," begitu ucap He Weifang, pakar dari Universitas Beijing.
Seorang pakar politik di Universitas Renmin juga menilai bahwa putusan atas Liu Zhiyun bukan pertanda signifikan bagi upaya Xi dalam melawan korupsi. "Kalau mereka betul-betul menjatuhkan hukuman mati terhadap Liu Zhijun, maka akan tumbuh kesadaran dalam masyarakat bahwa pejabat yang menghadapi dakwaaan serupa juga bisa dihukum mati," begitu ungkap Zhang Ming dari Universitas Renmin kepada kantor berita AP.
"Partai tampaknya enggan membangun harapan serupa itu, karena banyak pejabat memiliki hubungan politik yang baik." [AP/AFP/Rtr/DW/L-8]
Eksekusi Mati Koruptor Wanita Pertama China (1980)
Beijing (thecrowdvoice.com) Kejahatan wanita bernama Wang Shou Xin adalah penggelapan dan korupsi. China memang negara komunis tapi hukum memang dijalankan dengan tegas disana. Korupsi termasuk masalah berat yang sama beratnya dengan pembunuhan. Untuk itu orang China berpikir dua kali untuk melakukan korupsi. Hukum tidak memandang jenis kelamin sebab pelaku kejahatan pria atau wanita sama saja dimata hukum. Salah adalah salah tidak ada salah dibenarkan dan mencari alasan biar kelihatan benar.
Berbeda jauh dengan di negeri ini dimana korupsi cuma hanya dikenakan kurungan badan dan itupun masih bisa dinegosiasi segala macam dan mencari alibiagar hukumannya ringan. Ditambah lagi tidak ada upaya menyita harta dan aset-aset pelaku korupsi (pemiskinan koruptor) padahal kejahatan mereka adalah kejahatan kemanusiaan.
(Berpura-pura) sakit adalah senjata ampuh para pelaku dan terdakwa korupsi yang pada dasarnya mencari celah dan kesempatan untuk banyak hal. Salah satunya adalah untuk mengulur waktu agar bisa menyusun strategi.Namun sekali lagi, kita beda dengan China yang tegas dan tidak pandang bulu. Di China, tidak ada aturan main yang bisa “dinegosiasi”.Dan Wang Shou Xin menjadi contoh peringatan pertama pada tahun 1980 bagi para (calon) koruptor saat ia menjadi wanita koruptor yang pertama kali dieksekusi mati di hadapan regu tembak.
VIDEO PROSES HUKUMAN MATI DI CHINA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar