kompas.com Jumat, 21 Februari 2014 | 09:50 WIB
Pendiri dan CEO WhatsApp, Jan Koum Pada
1992, Jan Koum yang berusia 16 tahun tiba di Mountain View, Amerika
Serikat. Didampingi oleh ibunya, Koum adalah imigran yang memutuskan
hijrah dari Kiev, Ukraina, dengan mimpi meraih kehidupan yang lebih
baik.
Di
AS, mereka mengalami masa-masa sulit. Keluarga Koum tinggal di
apartemen kecil dengan dua kamar tidur hasil bantuan pemerintah. Mereka
terpaksa bergantung pada jaminan sosial dan mengantre kupon makanan
karena tak punya uang.
Koum pun bekerja sebagai tukang sapu di sebuah toko untuk memenuhi kebutuhan hidup, sementara ibunya mengambil profesi baru sebagai baby sitter.
Ayah Koum tak ikut bermigrasi. Pria yang bekerja di sektor konstruksi ini memilih tinggal di Ukraina. Begitu terpisah, Koum mengaku sulit menghubungi sang ayah karena mahalnya biaya telepon. "Jika saja ketika itu saya sudah bisa berkirim pesan instan ke ayah…" ujar Koum berandai-andai dalam wawancara dengan Wired.
Bersekolah
Saat masih tinggal di Ukraina, keluarga Koum hidup di sebuah desa di luar ibu kota Kiev. Dia pergi menuntut ilmu di sebuah sekolah yang keadaannya begitu memprihatinkan sampai-sampai tak punya kamar kecil.
"Bayangkan suhu di luar -20 derajat celsius, anak-anak harus berlari menyeberangi lapangan untuk ke kamar kecil… Saya baru punya komputer saat umur 19 tahun, tetapi pernah memiliki sempoa," kenang Koum. Sesampainya di rumah, Koum kecil terpaksa bergelap-gelap karena tak ada sambungan listrik ataupun air panas.
Begitu pindah ke Amerika dan mulai bersekolah di sana, keluarga Koum adalah satu-satunya di kelas yang tidak memiliki mobil. Jadilah Koum terpaksa bangun lebih pagi untuk mengejar bus. Sang ibu menjejali koper yang dibawa dari negeri asal dengan pulpen dan buku tulis cetakan Uni Soviet untuk menghemat biaya peralatan sekolah.
Datang dari negeri seberang, Koum ketika itu tak pandai berbahasa Inggris. Koum beberapa kali terlibat masalah karena "membalas anak lain yang mengganggu". Untung, dia terbantu dengan postur badan yang tinggi menjulang mencapai 188 cm. "Hidup di Ukraina tak mudah dan membuat saya tangguh secara fisik dan mental," katanya lagi.
Koum kemudian masuk kuliah, mempelajari ilmu komputer dan matematika, tetapi tidak sampai selesai. "Prestasi saya buruk, ditambah lagi degan rasa bosan."
Koum pun bekerja sebagai tukang sapu di sebuah toko untuk memenuhi kebutuhan hidup, sementara ibunya mengambil profesi baru sebagai baby sitter.
Ayah Koum tak ikut bermigrasi. Pria yang bekerja di sektor konstruksi ini memilih tinggal di Ukraina. Begitu terpisah, Koum mengaku sulit menghubungi sang ayah karena mahalnya biaya telepon. "Jika saja ketika itu saya sudah bisa berkirim pesan instan ke ayah…" ujar Koum berandai-andai dalam wawancara dengan Wired.
Bersekolah
Saat masih tinggal di Ukraina, keluarga Koum hidup di sebuah desa di luar ibu kota Kiev. Dia pergi menuntut ilmu di sebuah sekolah yang keadaannya begitu memprihatinkan sampai-sampai tak punya kamar kecil.
"Bayangkan suhu di luar -20 derajat celsius, anak-anak harus berlari menyeberangi lapangan untuk ke kamar kecil… Saya baru punya komputer saat umur 19 tahun, tetapi pernah memiliki sempoa," kenang Koum. Sesampainya di rumah, Koum kecil terpaksa bergelap-gelap karena tak ada sambungan listrik ataupun air panas.
Begitu pindah ke Amerika dan mulai bersekolah di sana, keluarga Koum adalah satu-satunya di kelas yang tidak memiliki mobil. Jadilah Koum terpaksa bangun lebih pagi untuk mengejar bus. Sang ibu menjejali koper yang dibawa dari negeri asal dengan pulpen dan buku tulis cetakan Uni Soviet untuk menghemat biaya peralatan sekolah.
Datang dari negeri seberang, Koum ketika itu tak pandai berbahasa Inggris. Koum beberapa kali terlibat masalah karena "membalas anak lain yang mengganggu". Untung, dia terbantu dengan postur badan yang tinggi menjulang mencapai 188 cm. "Hidup di Ukraina tak mudah dan membuat saya tangguh secara fisik dan mental," katanya lagi.
Koum kemudian masuk kuliah, mempelajari ilmu komputer dan matematika, tetapi tidak sampai selesai. "Prestasi saya buruk, ditambah lagi degan rasa bosan."
Duo pendiri WhatsApp Jan Koum (kiri) dan Brian Acton
Maka, dia pun memutuskan drop out,
lalu mulai bekerja sebagai pembungkus barang belanjaan di supermarket,
setelah itu di toko elektronik, ISP, hingga perusahaan audit. Sampai
kemudian pada 1997 Koum bertemu dengan Brian Acton dari Yahoo!. Enam
bulan setelahnya, Koum mulai bekerja di Yahoo!.
Mendirikan WhatsApp
Koum menjalin persahabatan dengan Acton, yang banyak membantu Koum ketika sempat hidup sebatang kara setelah ibunya meninggal pada tahun 2000. Sang ayah telah lebih dulu wafat pada 1997. "Dia (Acton) sering mengajak saya ke rumahnya," tutur Koum.
Menghabiskan sembilan tahun bekerja di Yahoo!, termasuk Yahoo! Shopping, Koum merasa tidak nyaman dengan banyaknya iklan yang harus diurus dan bertebaran di mana-mana.
"Selalu ada perdebatan untuk menempatkan lebih banyak lagi iklan dan logo di laman situs. Apa urusan pengguna dengan itu semua? Saya jadi tak nyaman. Iklan bukan satu-satunya solusi monetisasi untuk semua orang. Sebuah layanan harus benar-benar berupa layanan murni, pelanggan adalah pengguna," ujar Koum.
Acton rupanya merasakan hal serupa. Koum dan Acton kemudian memutuskan keluar dari Yahoo! pada hari yang sama, yaitu 31 Oktober 2007. Koum ketika itu berusia 31 tahun dan telah mengumpulkan uang untuk memulai bisnisnya sendiri. Dia bertekad bahwa bisnisnya ini tak akan direcoki oleh iklan yang mengganggu.
Koum dan Acton pisah jalan, tetapi masih sering bertemu untuk mendiskusikan rencana bisnis. Keduanya sempat mencoba melamar di Facebook dan sama-sama ditolak.
Mendirikan WhatsApp
Koum menjalin persahabatan dengan Acton, yang banyak membantu Koum ketika sempat hidup sebatang kara setelah ibunya meninggal pada tahun 2000. Sang ayah telah lebih dulu wafat pada 1997. "Dia (Acton) sering mengajak saya ke rumahnya," tutur Koum.
Menghabiskan sembilan tahun bekerja di Yahoo!, termasuk Yahoo! Shopping, Koum merasa tidak nyaman dengan banyaknya iklan yang harus diurus dan bertebaran di mana-mana.
"Selalu ada perdebatan untuk menempatkan lebih banyak lagi iklan dan logo di laman situs. Apa urusan pengguna dengan itu semua? Saya jadi tak nyaman. Iklan bukan satu-satunya solusi monetisasi untuk semua orang. Sebuah layanan harus benar-benar berupa layanan murni, pelanggan adalah pengguna," ujar Koum.
Acton rupanya merasakan hal serupa. Koum dan Acton kemudian memutuskan keluar dari Yahoo! pada hari yang sama, yaitu 31 Oktober 2007. Koum ketika itu berusia 31 tahun dan telah mengumpulkan uang untuk memulai bisnisnya sendiri. Dia bertekad bahwa bisnisnya ini tak akan direcoki oleh iklan yang mengganggu.
Koum dan Acton pisah jalan, tetapi masih sering bertemu untuk mendiskusikan rencana bisnis. Keduanya sempat mencoba melamar di Facebook dan sama-sama ditolak.
Pada
2009, setelah membeli sebuah iPhone, Koum menyadari bahwa toko
aplikasi App Store yang baru berumur tujuh bulan akan melahirkan
industri baru yang berisi pengembang-pengembang aplikasi.
Koum mendapat ide untuk membuat aplikasi yang bisa menampilkan update status seseorang di daftar kontak ponsel, misalnya ketika hampir kehabisan baterai atau sedang sibuk.
Nama yang muncul di benak Koum adalah "WhatsApp" karena terdengar mirip dengan kalimat "what's up" yang biasa dipakai untuk menanyakan kabar.
Nama yang muncul di benak Koum adalah "WhatsApp" karena terdengar mirip dengan kalimat "what's up" yang biasa dipakai untuk menanyakan kabar.
Dia
pun mewujudkan ide ini dengan dibantu oleh Alex Fishman, seorang teman
asal Rusia yang dekat dengan komunitas Rusia di kota San Jose. Pada 24
Februari 2009, dia mendirikan perusahaan WhatsApp Inc di California.
Tumbuh besar
WhatsApp versi pertama benar-benar dipakai sekadar untuk updatestatus di ponsel. Pemakainya kebanyakan hanya teman-teman Koum dari Rusia. "Lalu, pada suatu ketika, ia berubah fungsi jadi aplikasi pesan instan. Kami mulai memakainya untuk menanyakan kabar masing-masing dan menjawabnya," ucap Fishman, sebagaimana dikutip oleh Forbes.
Koum pun tersadar bahwa dia secara tak sengaja telah menciptakan layanan pengiriman pesan. "Bisa berkirim pesan ke orang di belahan dunia lain secara instan, dengan perangkat yang selalu Anda bawa, adalah hal yang luar biasa," kata Koum.
Ketika itu, satu-satunya layananmessaging gratis lain yang tersedia adalah BlackBerry Messenger. Namun, aplikasi ini hanya bisa digunakan di ponsel BlackBerry. Google G-Talk dan Skype juga ada, tetapi WhatsApp menawarkan keunikan tersendiri di mana mekanisme login dilakukan melalui nomer ponsel pengguna.
Koum merilis WhatsApp versi 2.0 dengan komponen messaging. Jumlah pengguna aktifnya langsung melonjak jadi 250.000 orang. Dia kemudian menemui Acton yang masih menganggur. Acton bargabung dengan WhatsApp dan membantu mencarikan modal dari teman-teman eks-Yahoo!.
Kendati sempat mengalami kesulitan keuangan, WhatsApp terus tumbuh dan mulai menghasilkan pendapatan dari biaya langganan yang ditarik dari pengguna.
Kini, WhatsApp telah menjelma jadi layanan pesan instan terbesar dengan jumlah pengguna aktif per bulan mencapai 450 juta. Setiap hari, sebanyak 18 miliar pesan dikirim melalui jaringannya. Semua itu ditangani dengan jumlah karyawan hanya 50 orang.
Warisan Soviet
Pengalaman hidup Koum ternyata punya pengaruh besar dalam membentuk layanan WhatsApp. Pria ini menghabiskan masa kecil di Ukraina yang masih menjadi bagian dari Uni Soviet. Di negeri tersebut, percakapan warga selalu dimata-matai oleh pemerintah. "Itulah tempat yang saya tinggalkan untuk menuju ke sini (AS), di mana ada demokrasi dan kebebasan berbicara," ujar Koum.
Sehubungan dengan kemungkinan penyadapan oleh NSA, Koum mengatakan bahwa privasi pengguna WhatsApp sangat dijaga. Berbeda dengan perusahaan-perusahaan semacam Facebook dan Yahoo!, Koum mengatakan bahwa WhatsApp tak didorong oleh iklan. "Jadi, kami tak perlu mengumpulkan data pribadi pengguna," katanya.
Soal kebebasan dari iklan ini ternyata juga ada hubungannya dengan masa lalu Koum.
"Tak ada yang lebih personal dari komunikasi yang Anda lakukan dengan teman dan keluarga, dan menginterupsi itu semua dengan iklan bukanlah solusi yang tepat," ujar Koum. "Lagi pula, saya tumbuh di sebuah dunia yang tidak mengenal iklan. Tak ada iklan di Uni Soviet yang komunis," imbuhnya.
Brian
Acton (kiri), Jan Koum (tengah) dan Jim Goetz dari Sequoia Capital
berfoto di depan bekas kantor Dinas Sosial North County usai meneken
perjanjian dengan Facebook
Sejak
dulu, Koum dan Acton selalu konsisten menjaga layanan perusahaan itu
agar tetap sederhana dan berfokus pada pengiriman pesan serta bebas
iklan.
Sikap ini tecermin dari secarik kertas di ruang kantor Koum, berisikan semboyan singkat yang ditulis oleh Acton: "Tanpa Iklan! Tanpa Permainan! Tanpa Gimmick!". Di sampingnya tergeletak sepasang walkie-talkieyang dipakai Koum untuk mencari tahu bagaimana caranya menyederhanakan pesan instan berbasis suara.
Kini, WhatsApp telah dibeli Facebook dengan nilai 19 miliar dollar AS. Kekayaan Koum yang memiliki 45 persen saham WhatsApp diperkirakan melonjak jadi 6,8 miliar dollar AS.
Kendati demikian, dia tak melupakan masa lalu. Koum menandatangani perjanjian bernilai triliunan rupiah dengan Facebook itu di depan bekas kantor Dinas Sosial North County, Mountain View, tempat dia dulu mengantre kupon makanan untuk warga kurang mampu.
INVESTASI BESAR RESIKO KECIL
INVESTASI TANAH PUN BISA KREDIT : SEPERTI HALNYA DALAM KEPEMILIKAN RUMAH, KENDARAAN ATAU PUN ELEKTRONIK, KEPEMILIKAN TANAH PUN SEKARANG BISA DIBELI SECARA KREDIT YAITU DENGAN KREDIT PEMILIKAN TANAH ( KPT ), SUDAH BEBERAPA BANK YANG MENAWARKAN LAYANAN ( KPT ) ANTARA LAIN BANK BTN DAN LIPPO BANK DENGAN BUNGA YANG SANGAT MENARIK.
BEBERAPA KEUTUNGAN YANG AKAN DIDAPAT :
1. STATUS SHM ATAS NAMA PENJUAL
2. DEKAT DENGAN FASILITAS UMUM :
- WATERPARK
- SEKOLAH AL AZHAR
- SEKOLAH MITRA PENABUR
- PUSAT PERBELANJAAN
- STASIUN KERETA LISTRIK
- RS. HERMINA
- DEKAT DENGAN JALUR KENDARAAN UMUM
- DLL.......
3. JALAN BISA MUAT 2 MOBIL DAN SUDAH DI BETON
4. LINGKUNGAN ASRI DAN NYAMAN
5. 100% DIJAMIN BUKAN TANAH SENGKETA
6. 100% DIJAMIN DAERAH BEBAS BANJIR
7. DI SEBERANG JALAN DARI LOKASI TANAH SUDAH DIDIRIKAN TOWNHOUSE
1. STATUS TANAH SHM ATAS NAMA PENJUAL
2. LUAS TANAH 440 M"
- MUKA : 22 M
- SISI : 20 M
3. BENTUK TANAH PERSEGI
4. FUNGSI LAHAN PEMUKIMAN
5. LOKASI TANAH
Sikap ini tecermin dari secarik kertas di ruang kantor Koum, berisikan semboyan singkat yang ditulis oleh Acton: "Tanpa Iklan! Tanpa Permainan! Tanpa Gimmick!". Di sampingnya tergeletak sepasang walkie-talkieyang dipakai Koum untuk mencari tahu bagaimana caranya menyederhanakan pesan instan berbasis suara.
Kini, WhatsApp telah dibeli Facebook dengan nilai 19 miliar dollar AS. Kekayaan Koum yang memiliki 45 persen saham WhatsApp diperkirakan melonjak jadi 6,8 miliar dollar AS.
Kendati demikian, dia tak melupakan masa lalu. Koum menandatangani perjanjian bernilai triliunan rupiah dengan Facebook itu di depan bekas kantor Dinas Sosial North County, Mountain View, tempat dia dulu mengantre kupon makanan untuk warga kurang mampu.
INVESTASI BESAR RESIKO KECIL
JUAL BELI TANAH ADALAH BISNIS YANG
SANGAT MENGUNTUNGKAN, DENGAN RESIKO YANG SANGAT KECIL. SEHINGGA SANGAT
COCOK UNTUK INVESTASI BAIK ITU INVESTASI JANGKA PENDEK MAUPUN INVESTASI
JANGKA PANJANG.
BEBERAPA KEUNTUNGAN BERINVESTASI TANAH :
INVESTASI TANAH TIDAK ADA RESIKO KERUGIAN :
TIDAK ADA HARGA TANAH YANG TURUN HARGANYA, TERLEBIH LAGI JIKA WILAYAH
TERSEBUT MERUPAKAN WILAYAH PENGEMBANGAN SUATU DAERAH ATAU KOTA,
PENINGKATAN HARGANYA AKAN SANGAT CEPAT. SELAIN DARI ITU PENINGKATAN
HARGA TANAH PASTI LEBIH TINGGI DARI INFLASI.
TIDAK MEMBUTUHKAN PENANGANAN KHUSUS : TANAH TIDAK MEMBUTUHKAN PERAWATAN ATAU PEMELIHARAAN KHUSUS DARI ANDA. TIDAK ANDA PERHATIKAN PUN HARGANYA TETAP AKAN NAIK.
INVESTASI TANAH DIBANDINGKAN RUMAH :
PADA DASARNYA YANG HARGANYA TERUS NAIK ADALAH HARGA TANAH BUKAN
RUMAH/BANGUNAN. SELAYAKNYA BARANG YANG BISA RUSAK SEPERTI MOBIL, MOTOR
ATAU PUN ELEKTRONIK HARGA BANGUNAN PUN SETIAP TAHUNNYA AKAN TERUS
MENGALAMI PENURUNAN. SELAIN HARUS MENANGGUNG PENURUNAN HARGA SETIAP
TAHUNYA, ANDA JUGA HARUS MENANGGUNG BIAYA PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN
UNTUK RUMAH/BANGUNAN.
INVESTASI TANAH PUN BISA KREDIT : SEPERTI HALNYA DALAM KEPEMILIKAN RUMAH, KENDARAAN ATAU PUN ELEKTRONIK, KEPEMILIKAN TANAH PUN SEKARANG BISA DIBELI SECARA KREDIT YAITU DENGAN KREDIT PEMILIKAN TANAH ( KPT ), SUDAH BEBERAPA BANK YANG MENAWARKAN LAYANAN ( KPT ) ANTARA LAIN BANK BTN DAN LIPPO BANK DENGAN BUNGA YANG SANGAT MENARIK.
PELUANG INVESTASI
DIJUAL TANAH DILOKASI STRATEGIS DAN MERUPAKAN DAERAH PENGEMBANGAN KOTA DEPOK.
BEBERAPA KEUTUNGAN YANG AKAN DIDAPAT :
1. STATUS SHM ATAS NAMA PENJUAL
2. DEKAT DENGAN FASILITAS UMUM :
- WATERPARK
- SEKOLAH AL AZHAR
- SEKOLAH MITRA PENABUR
- PUSAT PERBELANJAAN
- STASIUN KERETA LISTRIK
- RS. HERMINA
- DEKAT DENGAN JALUR KENDARAAN UMUM
- DLL.......
3. JALAN BISA MUAT 2 MOBIL DAN SUDAH DI BETON
4. LINGKUNGAN ASRI DAN NYAMAN
5. 100% DIJAMIN BUKAN TANAH SENGKETA
6. 100% DIJAMIN DAERAH BEBAS BANJIR
7. DI SEBERANG JALAN DARI LOKASI TANAH SUDAH DIDIRIKAN TOWNHOUSE
INFORMASI LENGKAP TENTANG TANAH
1. STATUS TANAH SHM ATAS NAMA PENJUAL
2. LUAS TANAH 440 M"
- MUKA : 22 M
- SISI : 20 M
3. BENTUK TANAH PERSEGI
4. FUNGSI LAHAN PEMUKIMAN
5. LOKASI TANAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar